MENGENAL ANAK-KU
Oleh Muazar
Habibi
(siapa dikau
wahai anak-ku)
PAHAMI
KEPRIBADIAN ANAK
Sebagai
petunjuk, salah satu yang mempengaruhi atau menentukan kepribadian anak yaitu
temperamen. Ada
4 temperamen manusia menurut filsuf Yunani Hipocrates (460-375 SM), yakni phelgmatic,
sanguine, choleric dan melankolis. Keempat temperamen ini
ada pada diri setiap anak, hanya saja kadarnya berbeda-beda. Namun biasanya,
ada satu temperamen yang paling menonjol dari keempatnya, seperti:
1.
Tipe phelgmatic
Anak
cenderung pendiam sekalipun dalam keadaan sakit, dia tidak banyak bicara. Anak
tipe ini juga lebih banyak jadi pengamat dan bila mengerjakan sesuatu selalu
tuntas. Terhadap anak dengan temperamen seperti ini, orang tua harus lebih
proaktif untuk memancingnya bicara.
2.
Tipe sanguine
Punya
banyak teman dan sangat menonjol di lingkungannya. Dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan tak pernah tuntas karena tipe sanguine
lebih senang bermain. Cirinya adalah cenderung gembira, ceria dan mudah akrab
dengan orang lain, easy
going,
pandai bercerita, tak mudah marah maupun sedih, dan memiliki sifat-sifat
positif lainnya. Negatifnya, dia tak bisa membedakan situasi, sehingga ia
terlihat sebagai sosok yang tak bisa diajak serius.
Anak
tipe ini bisa dikatakan banyak cerita dan ingin diperhatikan. Kadang yang
diceritakan terlalu dilebih-lebihkan karena tujuannya untuk menarik perhatian
orang lain. Nah, hendaknya orang tua bersikap sebagai seorang pendengar yang
baik dan mengarahkan anaknya agar tidak sampai terbawa khayalan atau berbohong.
Misalnya, "Wah, tadi aku lihat Keke jatuh sampai berdarah-darah." Orang
tua mungkin bisa memintanya menjelaskan lebih detail, "Bagian mananya yang
berdarah?" Hindari reaksi, "Oh ya, bagaimana bisa Keke sampai banjir
darah?" Jika terlalu direspons seperti itu anak akan melebih-lebihkan lagi
ceritanya. Jika tidak diarahkan, kelak anak akan sulit membedakan mana yang
kenyataan dan mana yang hanya khayalan/pikirannya saja.
3.
Tipe choleric
Anak
terlihat gesit, energik dan nyaris tak pernah diam. Memiliki bakat memimpin,
tangguh sekaligus berkemauan keras untuk belajar dan maju. Paling tak suka
diatur, punya kemauan sendiri, dan cukup keras. Misalnya, anak tidak mau
disuruh mandi, "Dek, ayo mandi sudah siang."
"Enggak
mau, ah, Ma, pengin nonton
dulu."
Nah,
kalau dia membantah seperti itu, hendaknya orang tua tidak terpancing marah.
Akan lebih bijaksana jika berkata "Ayo, dong, mandi. Mandi pagi itu kan sehat. Lihat, deh
teman-temanmu di luar sudah mandi semua."
Sementara
untuk anak yang sudah lebih besar orang tua harus bicara tegas dan konsisten
karena untuk menghadapi anak tipe ini orang tua harus tetap memegang kendali
atau lebih dominan (perpaduan antara komunikasi terbuka dan satu arah). Kalau
tidak, anak bisa berkembang semau-maunya dan jadi susah diatur.
Hal
yang harus diwaspadai, anak bertemperamen seperti ini cenderung mengabaikan
perasaan orang lain, sulit bertenggang rasa pada usaha dan penderitaan yang
tengah dilakukan orang lain, serta tidak suka melihat anak lain merengek. Jadi
tak salah bila orang tua mengajarkan nilai empati kepada anak seperti ini.
Misalnya untuk anak di bawah 7 tahun, "Kalau Adit ingin mainan Bino, minta
baik-baik, jangan direbut. Tuh, lihat Bino, dia jadi sedih." Sedangkan
bagi anak usia di atas 7 tahun, katakan seperti ini, "Coba deh, kalau kamu
diejek teman, rasanya kesal bukan? Begitu juga kalau temanmu diejek."
4.
Tipe melankolis
Anak
sangat sensitif dan berperasaan halus, cenderung pendiam dan tertutup. Namun,
ia kurang bisa mengekspresikan perasaannya. Kelebihannya, dalam bekerja anak
bertempe ramen seperti ini termasuk perfeksionis. Orang tua mesti pandai-pandai menjaga
perasaannya. Jangan sampai menyinggung dan membuat hatinya terluka.
Bila
ia berbuat salah, tegur dengan halus dan terfokus pada kesalahan yang
dilakukannya. Hindari cara-cara kasar, seperti membentak-bentak atau melabelinya
dengan predikat negatif, seperti, "Kamu memang nakal!" Hal ini akan
membekas pada benaknya dan anak menganggap apa yang dikatakan orang tua
merupakan hal yang sesungguhnya, yaitu bahwa dirinya memang anak nakal. Kalau
sudah begitu, anak cenderung tambah tertutup.
Namun
jika cara penanganannya tepat, dalam arti orang tua selalu menggunakan bahasa
yang baik dan halus saat berkomunikasi dengannya, maka anak pun bisa menjalin
komunikasi yang terbuka dan merasa dekat dengan orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukan & Saran Kami Butuhkan. Terimakasih